Otak tawon memang kecil, tak sampai sepersejuta kali ukuran otak
manusia. Tapi, dalam urusan ingat-mengingat wajah, kemampuan tawon sama
baiknya dengan manusia. Serangga ini telah mengembangkan
kemampuan khusus untuk mengenali wajah yang analog dengan sistem yang digunakan manusia.
kemampuan khusus untuk mengenali wajah yang analog dengan sistem yang digunakan manusia.
Kemampuan unik tawon ini diungkapkan oleh seorang ahli biologi
evolusi University of Michigan yang melakukan riset bersama mahasiswa
pascasarjananya.
“Tawon dan manusia secara independen mengembangkan secara khusus mekanisme pengenalan wajah yang serupa, meski segala sesuatu tentang cara kita melihat dan bagaimana otak kita menyusunnya sangat berbeda,” kata Michael Sheehan, anggota tim riset pengenalan wajah yang dipimpin ahli biologi evolusi Elizabeth Tibbetts. “Itu sangat mengejutkan dan ganjil.”
“Tawon dan manusia secara independen mengembangkan secara khusus mekanisme pengenalan wajah yang serupa, meski segala sesuatu tentang cara kita melihat dan bagaimana otak kita menyusunnya sangat berbeda,” kata Michael Sheehan, anggota tim riset pengenalan wajah yang dipimpin ahli biologi evolusi Elizabeth Tibbetts. “Itu sangat mengejutkan dan ganjil.”
Sheehan mengatakan apa yang dikerjakannya merupakan studi yang
pertama kali menemukan adanya serangga dengan tingkat pengamatan visual
sekhusus itu. Dalam riset sebelumnya, Tibbetts menunjukkan bahwa tawon
kertas dari jenis Polistes fuscatus dapat mengenali individu spesies
mereka lewat variasi pola tanda wajah. Tawon tersebut juga bersikap
lebih agresif terhadap tawon dengan wajah yang tidak mereka kenali.
Studi baru ini adalah kelanjutan dari riset Sheehan dan Tibbetts
sebelumnya, yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology pada 2008.
Dalam riset itu, mereka memperlihatkan bahwa tawon berukuran hampir 2
sentimeter ini ternyata memiliki daya ingat yang luar biasa panjang dan
bertindak sesuai dengan apa yang mereka ingat tentang interaksi sosial
mereka dengan tawon lain itu sebelumnya.
Dalam studi terbarunya, Sheehan dan Tibbetts menguji proses belajar
ini dengan melatih tawon membedakan dua citra terpisah yang terpasang di
dalam sebuah labirin berbentuk huruf T, dengan tiap gambar diletakkan
di kedua ujung lengan T.
Mereka melatih 12 tawon untuk melakukan 40 percobaan pada setiap tipe
wajah secara terus-menerus. Citra wajah yang ditampilkan secara
berpasangan itu adalah foto wajah tawon kertas normal, foto ulat, pola
geometris sederhana, dan wajah tawon yang telah diubah menggunakan
komputer. Hadiah berupa makanan secara konsisten diasosiasikan dengan
salah satu gambar dari kedua gambar berpasangan.
Peneliti menemukan bahwa tawon kertas, yang merupakan predator ulat,
mampu membedakan dua wajah P. fuscatus lebih cepat dan lebih akurat
daripada foto sepasang ulat, dua pola geometris berbeda, atau foto
sepasang wajah tawon yang sudah diubah menggunakan komputer. Mereka
belajar memilih muka tawon yang belum diubah dengan tepat sekitar tiga
perempat waktu.
Dua pola geometris hitam-putih yang sederhana seharusnya mudah
dibedakan oleh tawon tersebut, karena mata majemuk serangga itu dapat
mendeteksi kontras dan profil dengan baik, kata Sheehan. Namun tawon
justru bisa lebih cepat mempelajari citra wajah yang lebih rumit
tersebut ketimbang pola geometris.
Namun perubahan sekecil apa pun pada citra wajah tawon, semisal
hilangnya antena tawon yang dihapus menggunakan program pengeditan foto,
akan membuat subyek percobaan itu kehilangan kemampuannya dalam tes
pengenalan wajah.
“Ini menunjukkan bahwa cara mereka mempelajari wajah berbeda dengan
cara mereka mempelajari pola lain,” ujar Sheehan. “Mereka memperlakukan
wajah sebagai sesuatu yang berbeda.”
Sistem pengenalan wajah yang dikembangkan tawon kertas utara ini
analog dengan kemampuan khusus manusia dalam mempelajari wajah. “Tapi
harus dicatat bahwa kami tidak mengklaim bahwa proses tawon mempelajari
wajah sama persis dengan manusia,” ujarnya.
Kemampuan mengenali individu sangat penting bagi spesies seperti P.
fuscatus, yang hidup dalam sebuah sarang yang dihuni oleh beberapa ratu
secara bersama-sama. Tawon dalam komunitas tersebut bekerja sama dalam
memelihara keturunan tawon ratu, juga berkompetisi membentuk hierarki
dominasi linear. Kemampuan untuk mengingat siapa yang telah mereka
layani dan dilayani dapat mencegah tawon pekerja membuang energi untuk
berulang kali menghadapi konfrontasi serta dapat meningkatkan stabilitas
koloni dengan mengurangi friksi satu sama lain.
Sheehan juga menguji kemampuan spesies tawon lain, yang masih
berkerabat dekat dengan tawon kertas tersebut, yaitu P. metricus.
Dibanding P. fuscatus, spesies ini tak memiliki pola wajah yang beragam
dan hidup dalam koloni yang dikendalikan oleh seekor ratu tunggal. Dalam
tes T-maze, P. metricus tidak mencetak skor yang memuaskan ketika
diminta membedakan individu spesiesnya.
“Perbedaan pengenalan wajah di antara dua spesies ini tidak bisa
dimasukkan sebagai perbedaan umum dalam kemampuan belajar visual, karena
kedua spesies ini belajar membedakan pola artifisial dan ulat pada
kecepatan yang sama dengan tingkat akurasi yang sama pula,” kata
Tibbetts dalam laporannya. “P. fuscatus dan P. metricus hanya berbeda
dalam kemampuan mereka mempelajari rangsang wajah normal.”
Keduanya menyimpulkan bahwa hasil studi ini menunjukkan pengenalan wajah yang dimiliki tawon kertas muncul karena tekanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar